Sudah berapa banyak Anda mengkhattamkan Al-Quran selama ini dalam hidup Anda?
Mungkin sudah tak terhingga. Nah, dari sekian seringnya itu, mungkin
ada yang terlewat oleh kita, apa gerangan ayat terakhir Al-Quran? Ayat
pertama Al-Quran saja kenyataannya tidak ditempatkan di halaman pertama
mushaf.
Ibnu Taymiyah mensinyalir, di antara sebab perbedaan ulama
adalah tidak semua informasi mengenai sumber-sumber hukum mereka
dapatkan. Para ulama itu berijtihad sesuai dengan informasi yang mereka
terima.
Hal yang sama juga terjadi dalam penentuan akhir ayat yang
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Semua informasi yang
kita terima berkaitan dengan masalah ini tidak ada yang bersumber
langsung dari Nabi sendiri. Informasi itu diberikan oleh para sahabat
atau para tabiin sesuai dengan pengetahuan mereka.
Selain sebab di
atas, ada sebab lain yang juga cukup penting dalam masalah ini, yaitu
informasi yang kita terima acap kali bernuasna mutlak, tidak dalam
persepektif tertentu. Misalnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu
Abbأ¢s, ia mengatakan: Telah turun ayat berikut ini: “Dan
barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannnya ialah jahannam, Kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”. (QS. 4:93), dan ia adalah ayat yang turun terakhir kali, dan tidak ada yang menasakhnya.
Dan masih banyak riwayat-riwayat senada, yang memberi kesan turunnya suatu ayat pada kali terakhir. Oleh
karena itu, ada dugaan kuat bahwa para pencetus ide-ide tersebut tidak
bermaksud menyebutnya sebagai ayat yang paling ujung dari rentetan
ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, akan tetapi hanya
sekedar menyebutnya sebagai ayat terakhir dalam permasalah terkait, atau
terakhir dalam persepektif tertentu lainnya.
Sebagian ulama
bersifat skeptis dalam menentukan ayat mana yang terakhir diwahyukan.
Mereka beranggapan, bahwa informasi tentang ini sangat beragam dan
saling bertentangan satu sama lain. Selain itu, penetapan masalah ini
tidak mempunyai implikasi keagamaan yang berarti. Dilihat dari ini,
betapa para ulama sendiri banyak yang merasa kesulitan dalam menyaring
kesimpang-siuran informasi itu.
Al-Maiidah 5:3 dan QS al-Baqarah 2:281
QS. al-Maidah 5:3 turun di Arafah pada saat Rasul melaksanakn haji wada pada tahun sepuluh, sementara beliau wafat pada awal-awal tahun sebelas [11 H.]. Ibnu Jarar ath-Thabary menginformasikan, bahwa Rasulullah wafat setelah delapan puluh satu hari dari hari Arafah [waktu di mana QS 5:3 turun].
QS. al-Maidah 5:3 turun di Arafah pada saat Rasul melaksanakn haji wada pada tahun sepuluh, sementara beliau wafat pada awal-awal tahun sebelas [11 H.]. Ibnu Jarar ath-Thabary menginformasikan, bahwa Rasulullah wafat setelah delapan puluh satu hari dari hari Arafah [waktu di mana QS 5:3 turun].
Oleh karena tenggang waktu yang lama ini, inforamasi bahwa
ayat tersebut adalah ayat terakhir tidak pernah disebut dalam
catatan-catatan penting al-Quran. Informasi ini menjadi sangat populer
di kalangan ummat Islam hanya karena kandungannya yang menjelaskan telah
sempurnannya Islam, yang kemudian dimaknai secara salah, bahwa sejak
itu, Nabi tidak pernah lagi mendapatkan wahyu al-Quran.
Informasi
kedua, yakni QS. al-Baqarah 2:281, yang diriwayatkan oleh an-Nasأ¢iy,
Ibnu Jarar, Ibnu Muradawayh dan Ibnu Aby Hatim, jauh lebih mendekati
kebenaran. Namun begitu, terdapat informasi lain yang lebih kuat, yaitu
informasi Imam Bukhأ¢ri dari Ibnu ‘Abbأ¢s –juga diinformasikan oleh
al-Bayhaqy, Ahmad, Ibnu Mأ¢jjah dan Ibnu Murdawayh dari ‘Umar, bahwa
ayat terakhir adalah ayat riba [al-Baqarah 2:278-280]. Informasi lain
yang tak kalah kuatnya adalah informasi Bukhari dan Muslim, bahwa ayat
terakhir adalah ayat dayn [hutang] QS al-Baqarah 2:282.
Sesuai
dengan informasi-informasi terakhir ini, adalah sangat mungkin ketiga
informasi di atas benar semua, yang berarti ayat terakhir yang turun
kepada Nabi Muhammad saw adalah surat al-Baqarah ayat 278 sampai 282.
Keberatan muncul karena tidak ada keharmonisan antara ayat yang di
tengah [281] dengan ayat awal [278-280] dan ayat terakhir [281], di mana
pembahasan pertama menyinggung transaksi yang mengandung riba sementara
yang di tengah mengenai hari akhir, dan kemudian dilanjutkan dengan
ayat katiga menyoal hutang piutang.
Akan tetapi ketidakharmonisan
ini dapat ditengahi, seperti telah banyak dibahas oleh para sarjana
al-Quran, bahwa ayat yang di tengah merupakan penguat terhadap larangan
ayat awal [riba, 278-280] dan terhadap perintah ayat terakhir [281]. Hal
ini sesuai dengan ajaran Islam, bahwa perintah dan larangan al-Quran
tidak hanya selesai pada urusan duniawi, akan tetapi juga ada
tuntutannya pada hari pembalasan nanti.
Kesimpulannya, pendapat yang paling kuat adalah yang menyatakan bahwa ayat terakhir adalah QS. al-Baqarah 2:278-282.