Dalam Al-Quran terdapat beberapa hewan yang namanya dicantumkan sebagai nama surah. Sebut saja Semut (An-Naml), Gajah (Al-Fiil), Laba-Laba (Al-Ankabut), atau Lebah (An-Nahl). Tentu saja, tidak semata-mata Allah SWT. mencantumkan nama hewan tersebut sebagai nama surah dalam Al-Quran apabila hewan tersebut tidak memiliki kelebihan ataupun hikmah yang bisa dipetik. Sebagai contoh adalah lebah.
Banyak orang yang belum memahami Al-Quran mungkin akan bertanya-tanya mengapa hewan kecil bersayap yang suka menyengat ini dimasukkan sebagai nama surah? Namun, pertanyaan tersebut akan sirna dengan sendirinya dan akan segera memperoleh jawaban apabila membaca salah satu ayat dalam surah An-Nahl.
Dalam ayat-68-69 surah An-Nahl, Allah SWT berfirman: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia….”(QS. An-Nahl [16]: 68-69)
Ayat tersebut secara jelas menggambarkan bahwa kepantasan lebah menjadi salah satu nama surah dalam Al-Quran itu disebabkan manfaat yang bisa diperoleh dari lebah tersebut, yakni berupa madu yang dapat dijadikan sebagai obat. Pada awalnya mungkin banyak orang yang tidak yakin bahwa madu bisa menjadi obat. Namun, dalam perkembangannya kemudian, para ahli kedokteran telah membuktikan bahwa madu memang bisa dijadikan obat. Adapun beberapa khasiat madu yang dihasilkan lebah adalah sebagai berikut:
Madu untuk Sumber Energi
Pada masa lalu, para atlet Romawi dan Yunani kuno meminum madu sebelum dan sesudah bertanding sebagai obat untuk stamina dan pemulih energi karena madu mengandung gula yang cepat diserap oleh sistem pencernaan. Dengan kata lain, madu adalah sumber energi instan
Madu Seefektif Glukosa
Hasil riset yang dikeluarkan sebuah jurnal kesehatan menyebutkan kadarglycemic index (GI ukuran untuk mengukur dampak negatif makanan dalam gula darah) yang rendah pada madu memperlambat penyerapan gula dalam darah sehingga lebih menyehatkan sistem pencernaan dan menjamin ketersediaan karbohidrat selama berolahraga. Sementara itu, Laboratorium Nutrisi di Universitas Mempish menyatakan bahwa madu seefektif glukosa pengganti karbohidrat selama pemanasan.
Madu untuk Penyembuh Luka
Dalam dunia pengobatan masyarakat Yunani dan Romawi memelopori penggunaan madu untuk mengobati hidung tersumbat. Adapun bangsa Mesir kuno menjadi pelopor pemanfaatan madu untuk mengobati luka. Mereka membuat salep dari madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat tusukan benda tajam.
Madu sebagai Antibiotik
Setelah ribuan tahun digunakan, khasiat madu sebagai obat luka terungkap secara ilmiah. Madu bekerja sebagai antibiotik alami yang sanggup mengalahkan bakteri mematikan. Bahkan, madu mampu mengeringkan bakteri sehingga bakteri sulit tumbuh.
Madu untuk Membunuh Kuman
Kandungan asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit. Madu mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab infeksi.
Madu untuk Terapi
Madu termasuk dalam 500 resep obat dari 900 resep yang diketahui. Pengobatan modern yang mengacu pada terapi kuno penggunaan madu dari Mesir puas dengan hasil madu yang digunakan untuk terapi.
Madu untuk Mengobati Borok
Uji coba terhadap seorang pasien berusia 79 tahun yang menderita diabetes berhasil menyembuhkan borok pada jari kaki. Sang pasien bahkan tidak jadi diamputasi berkat terapi madu tersebut
Madu untuk Antioksidan
Riset di Universitas Purdue itu menyimpulkan, konsumsi suplemen kalsium bersama madu mampu meningkatkan penyerapan kalsium oleh tubuh.
Madu untuk Awet Muda
Bagi keluarga Kerajaan Inggris, sarapan madu adalah kebiasaan. Setiap hari, mereka mengoleskan madu berkualitas tinggi pada roti. Madu-lah yang menyebabkan kesehatan keluarga Kerajaan Inggris terjaga dengan baik sehingga berumur panjang dan awet muda.
Demikianlah untuk kesekian kalinya Al-Quran memberikan bukti keluarbiasaannya. Sebagaimana bunyi kalimat terakhir ayat yang dikutip di atas “… Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan,” sudah selayaknya kita memikirkannya. Wallahu a’lam.